BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia (lansia)
merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia yang
merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara
terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan
anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi
fungsi dan kemampuan tubuh keseluruhan, salah satu perubahan fisiologis
yaitu kebutuhan tidur (Depkes RI, 2001 dalam buku R. Siti Maryam dkk,
2008 : 32).
http://rcehl.wordpress.com/2013/03/19/studi-tentanglansia
Diakses pada tanggal 18 juni 2013 jam 17.00 WIB
Hasil positif yang telah terwujudkan seiring dengan keberhasilan pemerintah
dalam pembangunan nasional diberbagai bidang yaitu kemajuan ekonomi, perbaikan
lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dibidang
medis dan ilmu kedokteran telah meningkat kualitas kesehatan penduduk serta
meningkatkan umur harapan hidup manusia (Nughoro, 2000:1). Meningkatnya umur
harapan hidup berhubungan dengan terjadinya peningkatan jumlah penduduk,
terutama jumlah lanjut usia (lansia) yang cenderung bertambah cepat (Depsos RI,
2004:4).
Dalam "Panduan
Hari Kesehatan Sedunia" yang diterbitkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) dalam menyambut Hari Kesehatan Dunia 2012, dicatat bahwa penuaan populasi
terjadi secara paralel dengan cepatnya urbanisasi. Artinya, semakin tahun,
jumlah lansia akan lebih banyak di perkotaan. Adapun data tentang populasi
lansia itu sendiri, WHO mencatat bahwa dari tahun 2000 sampai 2050, populasi
penduduk dunia yang berusia 60 tahun ke atas (lansia) akan menjadi lebih dari
tiga kali lipat. Dan diperkirakan, pada tahun 2050, sekitar 80% orang tua akan
hidup di negara-negara berkembang. Sehingga, di tahun 2050, kita akan
benar-benar melihat begitu banyak lansia yang justru hidup di perkotaan negara-negara
berkembang.
http://health.detik.com/read/2012/09/10/121830/2013332/763/hidup-ideal-seorang-lansia-menurut-whodiakses
pada tanggal 18 juni 2013 jam 21.05 WIB
Jumlah
pertumbuhan penduduk usia lanjut (lansia) di dunia semakin meningkat yang
diperkirakan akan menjadi masalah baru bagi dunia kesehatan. Untuk mencegah
munculnya masalah akibat ledakan jumlah lansia, WHO (World
Health Organization) mencanangkan program
peningkatan kesehatan agar seseorang memiliki usia lebih panjang dan tetap
produktif. Jika semua lansia dapat lebih produktif di usia tuanya, masalah
kesehatan terkait dengan penumpukan jumlah lansia yang sakit-sakitan akan berkurang.
Sehingga suatu negara tidak akan menghadapi dampak negatif dari petumbuhan
jumlah lansia yang besar dikemudian hari.
(http://health.kompas.com/read/2012/09/05/06533520/Fokus.pada.Jumlah.Lansia, diakses
tanggal 18 Juni 2013 jam 22.10 WIB).
Menurut WHO penduduk di 11 negara
anggota WHO kawasan Asia Tenggara yang berusia di atas 60 tahun berjumlah 142
juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun
2050. Sehingga, pada Hari Kesehatan Sedunia tanggal 7 April 2012, WHO mengajak
negara-negara untuk menjadikan penuaan sebagai prioritas penting mulai dari
sekarang. Di indonesia saat ini ada sekitar 10 juta orang (4,6 % dari jumlah
penduduk) yang berusia 65 tahun. Pada tahun 2020, diprediksi indonesia akan
mempunyai penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 18 juta orang. Bahkan
indonesia termasuk salah satu negara yang proses penuaan penduduknya paling
cepat di Asia Tenggara. Tetapi anggaran pemerintah untuk membantu kehidupan
mereka (dana pensiun, asuransi kesehatan, penyediaan fasilitas panti jompo)
kecil sekali dibandingkan untuk kegiatan ekonomi untuk pertahanan nasional.
Padahal, sebagian besar warga lansia hidup pas-pasan bahkan kekurangan.
Jumlah lansia diseluruh dunia
diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata – rata 60 tahun dan diperkirakan
pula tahun 2025 akan mencapai 1,2 miliyar (Nugroho,2000:1). Menurut data
demografi penduduk internasional yang dikeluarkan burreau of the cencus
USA 1993, dilapoprkan bahwa indonesia pada tahun 1990-2025 akan mengalami kenaikan
jumlah lansia sebesar 4,4% , merupakan suatu angka tertinggi diseluruh dunia
(Nugroho,2008:2).
Jumlah dan
persentase lansia yang berusia 50 tahun ke atas di Indonesia senantiasa terus
meningkat dari tahun ke tahun dan besarnya, pada tahun 1980 adalah sebanyak 11,4 % dari jumlah
penduduk, tahun 1985 sebanyak 13,3 %, tahun 1990 sebanyak 16 %, tahun
2000 sebanyak 22,2 % dan pada tahun 2020 jumlah lansia diperkirakan sebanyak
29,12 % dari jumlah seluruh penduduk Indonesia (Darmojo dalam Nugroho, 2008).
Peningkatan jumlah lansia di Indonesia
terlihat pada sensus penduduk tiap lima tahun sekali menunjukkan bahwa pada
tahun 2000 jumlah lansia sebesar 7,18% dari seluruh penduduk Indonesia. Pada
tahun 2005 jumlah lansia bertambah lagi menjadi 8,48% dari seluruh penduduk
indonesia dan prediksi jumlah lansia pada tahun 2020 akan menjadi 11,34% dari
jumlah penduduk Indonesia ( Depsos RI, 2005: 3).
Secara umum masalah kesehatan pada seorang lansia
diawali dengan terjadinya masalah pada usia 45 tahun atau lebih, sehingga pada
usia terebut dikatakan sebagai pra lansia (Dinkes. Prop. Jabar, 2003).
http://jurnalpenelitiankesehatan.blogspot.com/2013/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-peran.html
diakse pada tanggal 19 juni 2013 jam 08.00 WIB
Proses menua bukanlah
suatu penyakit tetapi suatu proses alamiah.Walaupun proses menua sulit
dihindari dengan upaya apapun, namun manusia dapat
berusaha memperlambat proses alami ini dan menjaga supaya sampai usia lanjut masih bisa hidup dalam keadaan
sehat dan menikmati kehidupan yang bahagia
dan berkualitas (Hardywinoto & Setiabudi, 2003). Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan
berbagai masalah baik secara fisik–biologik, mental, hubungan sosial dan
ekonomi. Proses menua ini
dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia.
http://kristiano392.blogspot.com/2013/05/hubungan
pengetahuan lansia-dengan.html diakses pada tanggal
18 juni 2013 jam 09.10 WIB
Komponen dari kualitas hidup salah satunya
adalah kepuasan hidup. Kepuasan hidup selalu mengorientasikan diri pada proses
pengalaman masa lalu dan masa kini. Jika di masa tua lansia memiliki perilaku
seperti murung, suka menyendiri, terisolasi dari kegiatan di luar rumah, ada
suatu kemungkinan bahwa sebenarnya mereka masih memiliki kebutuhan di masa lalu
yang belum dipuaskan. Kualitas
hidup merupakan satu komponen utama yang bersifat subyektif untuk kesejahteraan
hidup manusia. Kualitas hidup
digunakan secara luas sebagai indeks kesejahteraan psikologis pada orang-orang dewasa lanjut, ada banyak hal yang
dapat menciptakan munculnya kepuasan akan hidup pada lansia. Kualitas hidup
pada lansia dapat terbentuk apabila lansia mampu menyelesaikan tugas–tugas
perkembangan. Adapun
tugas–tugas perkembangan lansia adalah menyesuaikan diri dengan kematian
pasangan hidup, membentuk hubungan dengan orang lain yang seusia dan menyesuaikan
diri dengan peran sosial secara luwes (Diener, dkk, 2003).
http://yudhamaura.blogspot.com/2011/09/hubungan-pengetahuan-tentang-.html
diakses pada tanggal 18 juni 2013 jam 22.00 WIB
Searah dengan pertambahan usia,
mereka akan mengalami degeneratif baik dari segi fisik maupun segi mental.
Akibat dari pertambahan usia mereka
adalah menurunnya derajat kesehatan, kehilangan pekerjaan, dianggap sebagai
individu yang tak mampuakan mengakibatkan orang lanjut usia secara perlahan
menarik diri dari hubungan dengan masyarakat sekitar. Hal
ini dapat mempengaruhi interaksi sosial lansia tersebut (Hardywinoto &
Setiabudi, 2005).
http://batam.tribunnews.com/2012/04/05/2020-jumlah-lansia-indonesia-28-juta-orang
diakses pada tanggal 19 juni 2013 jam 09.00 WIB
Menurut
Nugroho (2003), proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang
berlanjut secara ilmiah, dimulai sejak lahir dan umumnya dialami oleh semua
mahluk hidup. Sedangkan menurut Depkes RI (2003), penuaan adalah suatu proses
alami yang tidak dapat dihindarkan, yang hidup terbatas oleh suatu peraturan
alam, maksimal sekitar 6 kali masa bayi sampai dewasa atau 6x20 tahun, yang
disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri adri 3 fase yaitu : fase
progresif, fase stabil dan fase regresif.
http://herodessolutiontheogeu.blogspot.com/2010/11/proses-penuaan-perubahan-yang-terjadi.html
diakses pada tanggal 19 juni 22.20WIB
Lansia akan mengalami kondisi penurunan
fungsi tubuh akaibat berbagi perubahan yang tejadi. Masalh penyakit degeneratif
sering menyertai lansia dan bersifat kronis beserta multipatplogis (Depkes,
2010). Mayoritas individu lansia mengalami kondisi penyakit kronis yaitu
sebesar 94% dan kondisi ketidak mampuan lainnya (Allender & Spradley,
2005).
Pandangan
masyarakat dan keluarga terhadap lansia bahwa apa yang dialami oleh lansia
merupakan hal yang alami dan wajar, seperti lansia sering sakit, cepat marah
dan curiga. Akibat pandangan yang salah menyebabkan kondisi kesehatan fisik,
mental maupun kebutuhan lansia tidak tertangani, dan tidak terpenuhi dengan
baik (Depkes, 2010). Pemahaman yang keliru terhadap lansia akan beresiko untuk
tidak terpenuhi kebutuhannya, sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat ataupun
keluarga mengalami kegagalan dalam memberikan pelayananan lansia.
Berdasarkan
data yang didapat dari Dinas
Kesehatan Kota Sukabumi penulis
memperoleh data rekapitulasi dari bulan Januari sampai dengan bulan April Tahun 2013. Terdapat peningkatan jumlah lansia di kota Sukabumi seperti yang terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.1
Jumlah Lansia di Kota
Sukabumi Wilayah Kerja Puskesmas
Tahun 2013
No Urut
|
Nama Posbindu
|
Jumlah
|
%
|
1
|
Selabatu
|
134
|
1%
|
2
|
Sukabumi
|
1971
|
16%
|
3
|
Cipelang
|
1541
|
12%
|
4
|
Karang Tengah
|
543
|
4%
|
5
|
Benteng
|
792
|
6%
|
6
|
Sukakarya
|
709
|
6%
|
7
|
Pabuaran
|
1092
|
9%
|
8
|
Tipar
|
732
|
6%
|
9
|
Gedong Panjang
|
752
|
6%
|
10
|
Nangeleng
|
761
|
7%
|
11
|
Cibertem Hilir
|
367
|
3%
|
12
|
Limus Nunggal
|
118
|
1%
|
13
|
Baros
|
964
|
8%
|
14
|
Cikundul
|
436
|
3%
|
15
|
Lembur Situ
|
1459
|
12%
|
Jumlah
|
12371
|
100,00%
|
(Sumber Data : Dinas kota Sukabumi)
Dari studi pendahuluan yang peneliti
lakukan, dari jumlah lansia 50 orang 27 orang perempuan dan 23 orang laki-laki.
Dari studi pendahuluan yang di lakukan dengan menggunakan wawancara dari 10
orang lansia 7 diantaranya mengalami masalah dengan proses menua dan kurangnya pengetahuan
tentang menghadapi proses menua. Kurangnya aktifitas fisik, sering mengalami
stress karena faktor lingkungan, kurangnya pengalaman hidup, kurangnya
pemenuhan nutrisi karena terganggunya kesehatan fisisk, terjadiya penyakit
huipertensi, diabetes, stroke, rematik decomcordis. 3 diantarnya mengetahui
tentang proses menua dan tidak ada hambatan pada dirinya. Karena kurangnya
informasi kesehatan pada lansia bisa mengakibatkan terhambatnya proses menua
pada lansi.
Berdasarkan uraian yang
telah dijabarkan di atas peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian
dengan judul “Hubungan Pengetahuan Lansia Tentang Proses Menua Dengan Sikap
Lansia Dalam Menghadapi Proses Menua Di Wisma Assisi Kota Sukabumi”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah penelitian ini
adalah : Adakah Hubungan
Pengetahuan Lansia Tentang Proses Menua Dengan Sikap Lansia Dalam Menghadapi
Proses Menua Di Wisma Assisi Kota Sukabumi?
C.
Tujuan
Penelitian
1.
Tujuan
Umum
Tujuan umum peneliti ini adalah untuk mengetahui Hubungan
Pengetahuan Lansia Tentang Proses Menua Dengan Sikap Lansia Dalam Menghadapi
Proses Menua Di Wisma Assisi Kota Sukabumi Tahun 2013.
2.
Tujuan
Khusus
Tujuan khusus
dari peneliti ini meliputi:
a.
Mengetahui
gambaran pengetahuan lansia tentang proses menua di Wisma
Assisi Kota Sukabumi Tahun 2013
b.
Mengetahui
gambaran sikap lansia dalam menghadapi proses menua di Wisma
Assisi Kota Sukabumi Tahun 2013
c.
Mengetahui
hubungan
hubungan pengetahuan lansia tentang proses menua dengan sikap lansia dalam
menghadapi proses menua di Wisma Assisi Kota Sukabumi Tahun 2013
D. Ruang
Lingkup Peneliti
Dalam penelitian ini hanya untuk mengetahui sejauh mana hubungan
hubungan pengetahuan lansia tentang proses menua dengan sikap lansia dalam
menghadapi proses menua di Wisma Assisi Kota Sukabumi Tahun 2013
E.
Manfaat
Penelitian
1.
Manfaat
Teoritis
Hasil penilitian ini
dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam bidang keperawatan terutama
Keperawa gerontik dan Promosi Kesehatan.
2.
Manfaat
Praktik
a. Manfaat
Bagi Lahan Praktik Keperawatan
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan
dalam menentukan strategi untuk menentukan kebijakan Wisma Assisi dalam rangka
menghadapi proses penuaan pada lansia.
b. Manfaat
Bagi Peneliti
Hasil
penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan tentang hubungan
pengetahuan lansia tentang proses menua dengan sikap lansia dalam menghadapi
proses menua di Wisma Assisi Kota Sukabumi
c. Manfaat
Bagi Institusi pendidikan
Hasil
penelitian ini diharapkan :
1) Dapat
dijadikan data dasar dalam memberikan informasi terbaru mengenai sikap lansia
dalam menghadapi proses menua.
2) Dapat
menambah studi kepustakaan tentang tingkat pengetahuan lansia tentang proses
menua.