Minggu, 20 Juli 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG PROSES MENUA DENGAN SIKAP LANSIA DALAM MENGHADAPI PROSES MENUA DI WISMA ASSISI KOTA SUKABUMI TAHUN 2013

BAB  I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia yang  merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh keseluruhan, salah satu perubahan fisiologis  yaitu kebutuhan tidur (Depkes RI, 2001 dalam buku R. Siti Maryam dkk, 2008 : 32).
http://rcehl.wordpress.com/2013/03/19/studi-tentanglansia Diakses pada tanggal 18 juni 2013 jam 17.00 WIB
Hasil positif yang telah terwujudkan seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional diberbagai bidang yaitu kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dibidang medis dan ilmu kedokteran telah meningkat kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia (Nughoro, 2000:1). Meningkatnya umur harapan hidup berhubungan dengan terjadinya peningkatan jumlah penduduk, terutama jumlah lanjut usia (lansia) yang cenderung bertambah cepat (Depsos RI, 2004:4).
Dalam "Panduan Hari Kesehatan Sedunia" yang diterbitkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam menyambut Hari Kesehatan Dunia 2012, dicatat bahwa penuaan populasi terjadi secara paralel dengan cepatnya urbanisasi. Artinya, semakin tahun, jumlah lansia akan lebih banyak di perkotaan. Adapun data tentang populasi lansia itu sendiri, WHO mencatat bahwa dari tahun 2000 sampai 2050, populasi penduduk dunia yang berusia 60 tahun ke atas (lansia) akan menjadi lebih dari tiga kali lipat. Dan diperkirakan, pada tahun 2050, sekitar 80% orang tua akan hidup di negara-negara berkembang. Sehingga, di tahun 2050, kita akan benar-benar melihat begitu banyak lansia yang justru hidup di perkotaan negara-negara berkembang.
Jumlah pertumbuhan penduduk usia lanjut (lansia) di dunia semakin meningkat yang diperkirakan akan menjadi masalah baru bagi dunia kesehatan. Untuk mencegah munculnya masalah akibat ledakan jumlah lansia, WHO (World Health Organization) mencanangkan program peningkatan kesehatan agar seseorang memiliki usia lebih panjang dan tetap produktif. Jika semua lansia dapat lebih produktif di usia tuanya, masalah kesehatan terkait dengan penumpukan jumlah lansia yang sakit-sakitan akan berkurang. Sehingga suatu negara tidak akan menghadapi dampak negatif dari petumbuhan jumlah lansia yang besar dikemudian hari.
(http://health.kompas.com/read/2012/09/05/06533520/Fokus.pada.Jumlah.Lansia, diakses  tanggal 18 Juni 2013 jam 22.10 WIB).
Menurut WHO penduduk di 11 negara anggota WHO kawasan Asia Tenggara yang berusia di atas 60 tahun berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun 2050. Sehingga, pada Hari Kesehatan Sedunia tanggal 7 April 2012, WHO mengajak negara-negara untuk menjadikan penuaan sebagai prioritas penting mulai dari sekarang. Di indonesia saat ini ada sekitar 10 juta orang (4,6 % dari jumlah penduduk) yang berusia 65 tahun. Pada tahun 2020, diprediksi indonesia akan mempunyai penduduk yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 18 juta orang. Bahkan indonesia termasuk salah satu negara yang proses penuaan penduduknya paling cepat di Asia Tenggara. Tetapi anggaran pemerintah untuk membantu kehidupan mereka (dana pensiun, asuransi kesehatan, penyediaan fasilitas panti jompo) kecil sekali dibandingkan untuk kegiatan ekonomi untuk pertahanan nasional. Padahal, sebagian besar warga lansia hidup pas-pasan bahkan kekurangan.
Jumlah lansia diseluruh dunia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata – rata 60 tahun dan diperkirakan pula tahun 2025 akan mencapai 1,2 miliyar (Nugroho,2000:1). Menurut data demografi penduduk internasional yang dikeluarkan burreau of the cencus USA 1993, dilapoprkan bahwa indonesia pada tahun 1990-2025 akan mengalami kenaikan jumlah lansia sebesar 4,4% , merupakan suatu angka tertinggi diseluruh dunia (Nugroho,2008:2).
Jumlah dan persentase lansia yang berusia 50 tahun ke atas di Indonesia senantiasa terus meningkat dari tahun ke tahun dan besarnya, pada tahun 1980 adalah sebanyak 11,4 % dari jumlah penduduk, tahun 1985 sebanyak 13,3 %,  tahun 1990 sebanyak 16 %, tahun 2000 sebanyak 22,2 % dan pada tahun 2020 jumlah lansia diperkirakan sebanyak 29,12 % dari jumlah seluruh penduduk Indonesia (Darmojo dalam Nugroho, 2008).
Peningkatan jumlah lansia di Indonesia terlihat pada sensus penduduk tiap lima tahun sekali menunjukkan bahwa pada tahun 2000 jumlah lansia sebesar 7,18% dari seluruh penduduk Indonesia. Pada tahun 2005 jumlah lansia bertambah lagi menjadi 8,48% dari seluruh penduduk indonesia dan prediksi jumlah lansia pada tahun 2020 akan menjadi 11,34% dari jumlah penduduk Indonesia ( Depsos RI, 2005: 3).
Secara umum masalah kesehatan pada seorang lansia diawali dengan terjadinya masalah pada usia 45 tahun atau lebih, sehingga pada usia terebut dikatakan sebagai pra lansia (Dinkes. Prop. Jabar, 2003).
Proses menua bukanlah suatu penyakit tetapi suatu proses alamiah.Walaupun proses menua sulit dihindari dengan upaya apapun, namun manusia dapat berusaha memperlambat proses alami ini dan menjaga supaya sampai usia lanjut masih bisa hidup dalam keadaan sehat dan menikmati kehidupan yang bahagia dan berkualitas (Hardywinoto & Setiabudi, 2003). Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik–biologik, mental, hubungan sosial dan ekonomi. Proses menua ini dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia.
Komponen dari kualitas hidup salah satunya adalah kepuasan hidup. Kepuasan hidup selalu mengorientasikan diri pada proses pengalaman masa lalu dan masa kini. Jika di masa tua lansia memiliki perilaku seperti murung, suka menyendiri, terisolasi dari kegiatan di luar rumah, ada suatu kemungkinan bahwa sebenarnya mereka masih memiliki kebutuhan di masa lalu yang belum dipuaskan. Kualitas hidup merupakan satu komponen utama yang bersifat subyektif untuk kesejahteraan hidup manusia. Kualitas hidup digunakan secara luas sebagai indeks kesejahteraan psikologis pada orang-orang dewasa lanjut, ada banyak hal yang dapat menciptakan munculnya kepuasan akan hidup pada lansia. Kualitas hidup pada lansia dapat terbentuk apabila lansia mampu menyelesaikan tugas–tugas perkembangan. Adapun tugas–tugas perkembangan lansia adalah menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup, membentuk hubungan dengan orang lain yang seusia dan menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes (Diener, dkk, 2003).
http://yudhamaura.blogspot.com/2011/09/hubungan-pengetahuan-tentang-.html diakses pada tanggal 18 juni 2013 jam 22.00 WIB
Searah dengan pertambahan usia, mereka akan mengalami degeneratif baik dari segi fisik maupun segi mental. Akibat dari pertambahan usia mereka  adalah menurunnya derajat kesehatan, kehilangan pekerjaan, dianggap sebagai individu yang tak mampuakan mengakibatkan orang lanjut usia secara perlahan menarik diri dari hubungan dengan masyarakat sekitar.  Hal ini dapat mempengaruhi interaksi sosial lansia tersebut (Hardywinoto & Setiabudi, 2005).
Menurut Nugroho (2003), proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang berlanjut secara ilmiah, dimulai sejak lahir dan umumnya dialami oleh semua mahluk hidup. Sedangkan menurut Depkes RI (2003), penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan, yang hidup terbatas oleh suatu peraturan alam, maksimal sekitar 6 kali masa bayi sampai dewasa atau 6x20 tahun, yang disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri adri 3 fase yaitu : fase progresif, fase stabil dan fase regresif.
Lansia akan mengalami kondisi penurunan fungsi tubuh akaibat berbagi perubahan yang tejadi. Masalh penyakit degeneratif sering menyertai lansia dan bersifat kronis beserta multipatplogis (Depkes, 2010). Mayoritas individu lansia mengalami kondisi penyakit kronis yaitu sebesar 94% dan kondisi ketidak mampuan lainnya (Allender & Spradley, 2005).
Pandangan masyarakat dan keluarga terhadap lansia bahwa apa yang dialami oleh lansia merupakan hal yang alami dan wajar, seperti lansia sering sakit, cepat marah dan curiga. Akibat pandangan yang salah menyebabkan kondisi kesehatan fisik, mental maupun kebutuhan lansia tidak tertangani, dan tidak terpenuhi dengan baik (Depkes, 2010). Pemahaman yang keliru terhadap lansia akan beresiko untuk tidak terpenuhi kebutuhannya, sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat ataupun keluarga mengalami kegagalan dalam memberikan pelayananan lansia.
Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kota Sukabumi penulis memperoleh data rekapitulasi dari bulan Januari sampai dengan bulan April Tahun 2013. Terdapat peningkatan jumlah lansia di kota Sukabumi seperti yang terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.1
Jumlah Lansia di Kota Sukabumi Wilayah Kerja Puskesmas
Tahun 2013
No Urut
Nama Posbindu
Jumlah
%
1
Selabatu
134
1%
2
Sukabumi
1971
16%
3
Cipelang
1541
12%
4
Karang Tengah
543
4%
5
Benteng
792
6%
6
Sukakarya
709
6%
7
Pabuaran
1092
9%
8
Tipar
732
6%
9
Gedong Panjang
752
6%
10
Nangeleng
761
7%
11
Cibertem Hilir
367
3%
12
Limus Nunggal
118
1%
13
Baros
964
8%
14
Cikundul
436
3%
15
Lembur Situ
1459
12%
Jumlah
12371
100,00%
(Sumber Data : Dinas kota Sukabumi)
Dari studi pendahuluan yang peneliti lakukan, dari jumlah lansia 50 orang 27 orang perempuan dan 23 orang laki-laki. Dari studi pendahuluan yang di lakukan dengan menggunakan wawancara dari 10 orang lansia 7 diantaranya mengalami masalah dengan proses menua dan kurangnya pengetahuan tentang menghadapi proses menua. Kurangnya aktifitas fisik, sering mengalami stress karena faktor lingkungan, kurangnya pengalaman hidup, kurangnya pemenuhan nutrisi karena terganggunya kesehatan fisisk, terjadiya penyakit huipertensi, diabetes, stroke, rematik decomcordis. 3 diantarnya mengetahui tentang proses menua dan tidak ada hambatan pada dirinya. Karena kurangnya informasi kesehatan pada lansia bisa mengakibatkan terhambatnya proses menua pada lansi.
Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan di atas peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Lansia Tentang Proses Menua Dengan Sikap Lansia Dalam Menghadapi Proses Menua Di Wisma Assisi Kota Sukabumi”.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah : Adakah Hubungan Pengetahuan Lansia Tentang Proses Menua Dengan Sikap Lansia Dalam Menghadapi Proses Menua Di Wisma Assisi Kota Sukabumi?

C.    Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Tujuan umum peneliti ini adalah untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Lansia Tentang Proses Menua Dengan Sikap Lansia Dalam Menghadapi Proses Menua Di Wisma Assisi Kota Sukabumi Tahun 2013.
2.      Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari peneliti ini meliputi:
a.       Mengetahui gambaran pengetahuan lansia tentang proses menua di Wisma Assisi Kota Sukabumi Tahun 2013
b.      Mengetahui gambaran sikap lansia dalam menghadapi proses menua di Wisma Assisi Kota Sukabumi Tahun 2013
c.       Mengetahui hubungan hubungan pengetahuan lansia tentang proses menua dengan sikap lansia dalam menghadapi proses menua di Wisma Assisi Kota Sukabumi Tahun 2013

D.      Ruang Lingkup Peneliti
Dalam penelitian ini hanya untuk mengetahui sejauh mana hubungan hubungan pengetahuan lansia tentang proses menua dengan sikap lansia dalam menghadapi proses menua di Wisma Assisi Kota Sukabumi Tahun 2013
E.       Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Teoritis
Hasil penilitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam bidang keperawatan terutama Keperawa gerontik dan Promosi Kesehatan.
2.      Manfaat Praktik
a.       Manfaat Bagi Lahan Praktik Keperawatan
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam menentukan strategi untuk menentukan kebijakan Wisma Assisi dalam rangka menghadapi proses penuaan pada lansia.
b.      Manfaat Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan tentang hubungan pengetahuan lansia tentang proses menua dengan sikap lansia dalam menghadapi proses menua di Wisma Assisi Kota Sukabumi
c.       Manfaat Bagi Institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan :
1)      Dapat dijadikan data dasar dalam memberikan informasi terbaru mengenai sikap lansia dalam menghadapi proses menua.
2)      Dapat menambah studi kepustakaan tentang tingkat pengetahuan lansia tentang proses menua.